Pakan
Ransum Itik Tegal
Ransum adalah bahan pakan yang telah diramu
dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan dengan komposisi tertentu. Pakan
itik umumnya terbuat dari bahan nabati dan hewani (Sudaro dan Siriwa, 2000).
Bahan pakan yang sering digunakan untuk menyusun pakan itik antara lain jagung
kuning, dedak kasar, bungkil kedelai, tepung ikan dan lain-lain. Penyusunan
pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tiap periode dan pertumbuhan produksi
(Wahju, 2004). Pakan dasar dianggap telah memenuhi standar kebutuhan ternak
apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam-amino yang tepat (Rasyaf,
1993). NRC (1994) merekomendasikan standar kebutuhan pakan itik berdasarkan
tujuan pemeliharaan yaitu itik pedaging dan itik petelur. Untuk itik pedaging
kebutuhan protein dan energi umur 0 – 2 minggu adalah 22% dan 2.900 kkal/kg
sedangkan umur 0 – 7 minggu adalah 16% dan 2.900 kkal/kg. Itik petelur membutuhkan
imbangan protein dan energi sebesar 15% dan 2.900 kkal/kg. 5 Standar kebutuhan
dan energi dapat dihitung berdasarkan pola konsumsi pakan per hari (Wahju,
2004). Itik periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein tinggi 18%
dapat memproduksi telur lebih baik dibandingkan pakan dengan kadar protein
lebih rendah 16%. Pemberian kadar protein yang lebih rendah menyebabkan telur
yang dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila kadar energi pakan yang lebih
rendah akan menyebabkan penurunan produksi telur, tetapi tidak mempengaruhi
bobot telur (Wahju, 2004). Konsumsi akan meningkat apabila itik diberi pakan
dengan energi rendah dan sebaliknya akan menurun apabila diberi energi tinggi.
Srigandono, (1997) berpendapat bahwa kisaran rasio energi dan protein pada itik
masa bertelur sebesar 145 – 160. Selain protein dan energi, nutrien yang
mempengaruhi produktivitas adalah mineral (NRC, 1994). Itik petelur membutuhkan
gizi yang cukup tinggi, kebutuhan protein 19%, energi metabolisme 2800-2900
kkal/kg, Ca 2,5 – 3,25%, P 0,35 – 0,45%, lisin 0,79, metionin 0,34%.
(Srigandono, 1997). Kebutuhan zat kapur dan fosfor untuk itik yang sedang
bertelur cukup tinggi dalam ransumnya yaitu berkisar 3,0 % Ca dan 0,60 % P.
Penurunan zat kapur hingga 1,25 % dalam ransum menyebabkan penurunan produksi
telur dan kerabang telur yang lebih tipis. Kekurangan zat fosfor akan
menurunkan nafsu makan dan menyebabkan pertumbuhan terlambat, serta penurunan
produksi dan bobot telur (Wahju, 2004).
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan diketahui dari jumlah pakan
yang dikonsumsi selama penelitian atau dengan cara menimbang jumlah pakan yang
diberikan dengan dikurangi sisa pakan. Amrullah, (2004) menyatakan bahwa untuk
menduga besarnya konsumsi pakan ternak unggas dengan mempergunakan data sebelumnya
dan memperhitungkan perubahan suhu lingkungan serta adanya faktor lain yang
mempengaruhi pada minggu berikutnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi
pakan itik adalah kesehatan itik, kandungan energi dalam pakan, macam bahan
pakan dan kondisi pakan yang 11 diberikan, kebutuhan produksi dan hidup itik
berdasarkan tingkat pertumbuhannya serta selera dan metode pemberian pakan yang
dipergunakan peternak (Rasyaf, 1993). Amrullah (2004) menyatakan bahwa terdapat
dua faktor utama yang berpengaruh terhadap konsumsi harian pakan yaitu
kandungan kalori pakan dan suhu lingkungan. Pemberian pakan dibagi menjadi tiga
tingkatan usia, yaitu anak itik dan itik yang sedang bertelur. Total konsumsi
pakan itik yaitu lebih dari 170 gr/ekor/hari (Ketaren, 2001), sementara
konsumsi pakan itik Mojosari Alabio fase pertama umur 20 - 43 minggu lebih
rendah yaitu 154,56 g/ekor/hari (Ketaren dan Prasetyo, 2002). Tingginya
konsumsi pakan tersebut diakibatkan oleh perilaku itik yang cenderung langsung
minum setelah makan, sehingga sebagian pakan yang masih berada di dalam paruh
larut dalam tempat air minum. Ada indikasi bahwa kebutuhan gizi untuk itik pada
fase produksi pertama (umur 20 - 43 minggu) berbeda dengan pada fase produksi
kedua (umur 44 - 67 minggu).
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan (kg)
yang dibutuhkan untuk menghasilkan telur dalam ukuran yang sama (kg). Konversi
pakan tergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsi, jumlah dan bobot telur yang
dihasilkan. Konversi pakan merupakan cara untuk mengukur efisiensi penggunaan
pakan. Nilai konversi pakan dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan
(pertambahan bobot badan atau jumlah telur) dalam kurun waktu yang sama.
(Suprijatna dkk., 2005) yang menyatakan bahwa konversi pakan sebagai tolak 13
ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik menjadi jaringan
tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih
dianggap terbaik. Semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak tersebut
semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan tubuh. Konversi pakan
dapat digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi.
Angka konversi pakan menunjukan tingkat efisiensi pakan, artinya jika semakin
tinggi angka konversi pakan maka semakin tidak efisien pakan yang di konsumsi
dalam menghasilkan produksi telur, sebaliknya semakin rendah angka konversi
pakan semakin efisien pakan yang digunakan dalam menghasilkan produksi telur.
Seperti yang dinyatakan Ketaren (2007) bahwa penggunaan pakan yang tidak
efisien pada itik petelur maupun pedaging dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain faktor genetik/bibit, banyaknya pakan tercecer dan kandungan
gizi pakan yang tidak sesuai kebutuhan.
Itik Tegal petelur yang dipelihara secara
semi intensif mengkonsumsi ransum dengan jumlah sedikit karena sebagian
kebutuhan pakan itik dapat diperoleh saat digembalakan. Pada sistem
pemeliharaan semi intensif, itik dilepas atau digembalakan pada siang hari
untuk mencari pakan dan ternak itik dimasukkan kembali ke dalam kandang pada
sore hari. Pemberian pakan pada itik semi intensif tidak terlalu banyak karena
itik dapat mencari pakan sendiri saat digembalakan. Konsumsi ransum itik semi
intensif melebihi standar, sedangkan konsumsi pakan itik semi intensif sebelum
digembalakan masih dibawah standar. Sinurat (2000) menyatakan bahwa kebutuhan
pakan itik petelur dewasa > 20 minggu membutuhkan pakan sebanyak 160 – 180
g/ekor/hari. Perbedaan konsumsi ransum akan menyebabkan konsumsi nutrien juga
berbeda.
Komentar
Posting Komentar